Aku pernah mencintai laki-laki dengan hebatnya
Mencintai sampai meluap dari wadahnya
Saking banyaknya
Aku mencintai tidak pada batas wajarnya
Lebih dari yang seharusnya
Bahkan aku tidak berpikir dua kali untuk melakukannya
Kurasa aku terlalu bodoh untuknya
Aku hanya berpikir bahwa aku cukup mencintainya
Lagi-lagi aku tidak peduli dengannya
Aku tidak lebih tau tentang perasaanya
Mencintaiku atau sebaliknya
Bodohnya, aku percaya bahwa dia memiliki rasa yang sama
Jatuh cinta denganku, nyaman bersamaku, dan menahan apa itu rindu saat kita tak bersua
Dan akhirnya, aku menganggap adanya kita
Hingga akhirnya aku mengetahui hal yang belum aku tahu
Betapa egoisnya aku dengan rasaku
Aku benar-benar jatuh dalam rasaku
Seolah menjadikan ku spesial
Tapi nyatanya tidak
Seolah aku menjadi tempat untuk pulang
Nyatanya hanya sebuah persinggahan
Semua usaha yang kulakukan seolah tak berujung manis
Dia semakin jauh, hilang seperti batu yang selalu terkikis karena air
Hal sederhana tak pernah lagi kita lakukan
Bercanda atau bertukar kabar pun tak lagi menjadi kebiasaan
Mungkin dia merasa sungkan,
Atau bahkan tak lagi menganggap ku ada
Memang sakit rasanya,
Ketika perkiraan tak sesuai dengan kenyataan
Ketika kebiasaan perlahan mulai tenggelam
Tapi, bukankah aku tidak bisa memaksakan?
Karena sepertinya, memang semua harus berjalan seperti seharusnya
Biarkan saja rasaku hilang dengan sendirinya
Jika tidak ada balas cinta,
Itupun tidak masalah
Banyak rasa yang akhirnya bercampur aduk
Penyesalan, kecewa, dan rasaku yang selalu datang dalam pikiranku setiap harinya
Sepertinya aku ingin melupakan
Tapi itu akan menyiksa
Aku pun tahu, sakit itu pasti adanya
Aku menyakiti diri sendiri, jika aku terus mencintainya
Aku hanya perlu menunggu
Aku hanya akan menanti, hingga rasa ini benar-benar berada dalam puncaknya
Sampai pada akhirnya aku benar-benar sadar
Bahwa, aku harus mematahkan hatiku karena rasaku yang terlalu sempurna
Dan untukmu
Tak ada kata lain kecuali terimakasih,
Aku pernah merasakam nyaman karena rasa yang sempurna untukmu.